Pada awal mula partisipasi Putra Mahakam atau biasa di sebut Puma FC, klub asal ibukota Provinsi Kalimantan Timur ini sudah mengunakan Stadion Segiri Samarinda sebagai markas.
Bahkan, pada tahun pertamanya berlaga di pentas Liga Indonesia (Ligina I) dengan nama klub menjadi menjadi Putra Samarinda FC, Stadion Segiri Samarinda selalu menemani Pesut Mahakam – julukan Pusam FC – menjamu tim tamu yang bertandang.
Dari tahun 1990 hingga 1998 saat kompetisi di hentikan akibat kerusuhan. Beberapa aksi pemain sekaliber Roger Milla (Kamerun) sempat dinikmati di stadion yang berjuluk Theater Of Hell itu.
Hingga akhirnya, tim terjerumus ke dasar klasemen dan harus menjalani laga di Divisi 1 pada tahun 90an. Namun peran Stadion Segiri Samarinda tak mudah untuk dilupakan.
Kondisi yang sempat tak terawat pasca pembubaran klub Pusam FC kala itu, membuat stadion kebanggaan masyarakat Samarinda ini sangat memprihatinkan.
Beruntung, kala itu geliat sepakbola Samarinda kembali bergemuruh dengan eksistensi Persisam Putra Samarinda, salah satu klub Samarinda yang di saat era Pusam FC kalah pamor di banding nama besar Pusam.
Bermodal lisensi Pusam FC, Persisam Putra pun merangkak naik dijajaran klub elite Indonesia. Berlaga di Divisi II Liga Indonesia pada tahun 2004, nama besar Stadion Segiri menjadi pudar akibat tak lolosnya verifikasi kelayakan mengelar kompetisi setara Divisi II.
Beruntung, kala itu Stadion Sempaja Samarinda di daerah utara kota menjadi alternatif bagi kelangsungan tim asal Samarinda. Stadion Sempaja sendiri menjadi stadion paling terlengkap dari segala kelayakan yang ditentukan PSSI sebagai homebase klub sepakbola di Indonesia.
Bahkan, Agum Gumelar, ketua PSSI periode saat itu sempat mengaku heran stadion sebagus ini mempunyai klub yang hanya bermain di kasta bawah. Dengan kemauan yang besar dan usaha yang dibangun bersama, harapan Agum dan masyarakat Samarinda untuk melihat Persisam bermain di pentas teratas sepakbola Samarinda terkabul.
Apalagi disaat Persisam berjuang naik kasta dari Divisi II dan Divisi I ke Divisi Utama, Stadion Segiri Samarinda tengah menjalani renovasi besar-besaran. Renovasi Stadion Segiri juga diikuti dengan pembangunan stadion baru di kawasan Palaran, Samarinda Seberang.
Setelah selesai mengelar hajatan besar Pekan Olahraga Nasional tahun 2008 (PON XVII), Stadion Segiri Samarinda dengan wajah barunya langsung dipakai Persisam Putra Samarinda sebagai homebase untuk menjamu lawannnya di Divisi Utama.
Keluar sebagai juara Divisi Utama, Persisam Putra Samarinda berhasil naik ke deretan klub paling elite di Indonesia. Ketatnya peraturan mengenai standarisasi stadion peserta Indonesia Super League memaksa manajemen klub memindahkan homebase Persisam Putra Samarinda ke Stadion Utama Kaltim, Palaran.
Meski mempunyai kandang yang megah dan terbesar ke-2 dari Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, prestasi Persisam yang dinilai tak bertuah di Stadion Palaran akhirnya kembali di pindahkan di Stadion Segiri Samarinda.
Hingga saat ini, Stadion Segiri Samarinda masih digunakan sebagai kandang Persisam Putra Samarinda. Bahkan Stadion Segiri Samarinda, boleh berbangga karena menjadi satu-satunya Stadion di Indonesia yang dikelola oleh suporternya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar