NGINJAK KATAK
Tiga orang pemuda, Romy, Tejo dan Kribo adalah sahabat karibdari sebuah kampong yang akan merantau ke negeri Pekayon. Untuk mencapai negeri makmur itu, ketiganya harus melewati hutan belantara yang dikenal angker.
Ketika baru sampai di tepi hutan mereka sudah diingatkan oleh seorang kakek, “hati-hati kalau kalian melintasi hutan. Barang siapa yang menginjak katak di dalam hutan, dipastikan akan mendapat jodoh berwajah buruk.”
Romy, Tejo dan Kribo: “terima kasih Kek atas peringatannya.”
Singkat cerita mereka pun sukses ke negeri Pekayon dan membuat janji akan bertemu dalam jamuan makan malam dengan membawa istri masing-masing. Istri Romy dan Tejo ternyata berwajah jelek, sebaliknya istri Kribo cantik sekali.
Kribo: “pastinya kalian dulu menginjak katak waktu berjalan di hutan dulu. Iya kan?”
Romy dan Tejo: “dulu kami memang tidak sengaja menginjak katak!. Kamu rupanya sangat berhati-hati sehingga tidak menginjak katak. Selamat ya!”
Istri Kribo: “iya, dia memang tak menginjak katak. Aku yang dulu menginjak katak.”
Romy dan Tejo: “ha… ha… ha…”
KRITERIA CALON SUAMI
Pada zaman dahulu adaseorang putrid raja. Annisa Nan Cantik Jelita yang berniat mencari calon suami, dengan mengajukan beberapa kriteria. Kriteria pertama tidak suka melirik wanita lain, kedua tidak pernah menampar istri, ketiga tidak lari dari tanggung jawab, dan keempat sang calon suami harus bisa memuaskan dirinya di tempat tidur.
Pada suatu pagi tepatnya Kamis, pintu rumahnya diketok seseorang dengan kerasnya. Kagetnya bukan main sang putrid pun membukakan pintu. Di depan telah menunggu seorang pria buta tanpa tangan, tanpa kaki, dengan kursi roda.
“apakah anda Annisa Nan Cantik Jelita sang Putri Raja?” Tanya pria itu.
“benar, Anda siapa?” sambut balik sang Putri.
“Saya mau melamar Anda,” kata sang pria dengan tegas.
“Saya buta, tidak mungkin melirik wanita lain. Saya tidak punya tangan, mana mungkin bisa memukul Anda. Saya juga tidak punya kaki, jelas tidak akan lari,” lanjut pria itu.
“Tapi, apakah Anda mampu memuaskan saya?” tambah Annisa memastikan syarat terakhir.
“Anda benar-benar menyepelekan saya. Anda pikir, saya tadi mengetok pintu pakai apa?!”
PRIA PENYABAR
Seorang pria di sebuah supermarket sedang mendorong kereta belanja yang sudah penuh terisi. Sementara sang anak duduk di atas kereta sambil menangis dan menjerit-jerit.
Sambil terus mendorong kereta, laki-laki tersebut berkata ddengan suar a lembut, “sabarlah Tommy, jangan emosi Tommy, jangan berteriak Tommy.”
Seseorang wanita memperhatikannya dengan penuh kekaguman berkata pada sang pria, “Anda pasti akan dipuji karena kesabaranmu dalam menenangkan si kecil Tommy ini.”
“Nona,” kata laki-laki itu, “akulah si Tommy itu,” katanya tersenyum malu.
CERITA SEDIH DI LANTAI 99
Suatu hari di sebuah apartemen berlantai 100 mengalami gangguan lift, lantaran listrik mati. Sebuah keluarga penghuni apartemen lantai 100 yang baru pulang belanja ingin segera masuk ke rumah. Mereka bertiga terdiri dari Ayah, ibu dan anak.
Karena habis belanja di mall, mereka sepakat harus sampai ke lantai 100 secepatnya, karena mendekati waktu makan siang. Mereka pun sepakat naik melalui tangga ke lantai 100. Karena menurut petugas apartemen, mati lampu karena ada travo yang meledak di Jakarta dan menunggu travo pengganti yang masih diambil dari Surabaya.
Agar tidak bosan selama menaiki tangga mereka punya tiga kesepakatan, pertama, lantai 1 sampai 30 si anak harus menyanyi untuk menghibur. Kedua, lantai 31 sampai 60 si ibu bercerita tentang hal yang lucu-lucu, dan ketiga dari lantai 61 sampai 100 si ayah bercerita tentang hal yang sedih.
Memasuki lantai ke-61, Si Ayah giliran bercerita tentang hal-hal yang sedih. Entah karena kelelahan, Si Ayah saat itu selalu menunda-nunda giliranya bercerita, kemungkinan takut lemes, tidak sampai di lantai 100. Nah sampai akhirnya di lantai 99, Si Ayah mulai bercerita.
“Duhai Bunda tercinta, anakku yang aku kasihi, ini cerita sedih sekali. Jangan menangis ya, janji!,” mulai sang ayah disambut kompak Si anak dan Sang ibu, yang berjanji tidak akan sedih dan nangis.
“Begini, hati Ayah sedih banget, ternyata kunci rumah kita ketinggalan di mobil, di parkiran bawah sana, hiks, hiks” sang Ayah mulai meneteskan air mata.
“Ayah, ini beneran apa cerita ngarang sih? Jangan bikin bunda nangis, huaa…. Ayah beneran kunci rumah ketinggalan di mobil?” Tanya sang ibu dan anak yang tak bisa menahan tetesan air mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar